Hubungan kerja yang tak hangat boleh jadi dipengaruhi arogansi untuk tidak saling mendengarkan. Komunikasi yang dibangun dalam lingkungan kerja bukan berlandaskan kesantunan, namun lebih kepada komunikasi preman bermakna bossy. Jika posisi Anda di kantor adalah atasan, cobalah untuk lebih mendengarkan bawahan, bukan mendominasi pembicaraan. Sayangnya, tak sedikit karyawan, apapun posisinya, yang cenderung enggan mendengarkan ucapan lawan bicara secara tuntas.
Wahyu Wibowo, penulis dan pelatih komunikasi adab, kultur perusahaan, dan media massa, menyebutkan sejumlah sebab mengapa orang enggan menjadi pendengar yang baik.
1. Tak konsentrasi
Seseorang yang gemar mengobral kata atau cerita di luar topik pembicaraan cenderung memiliki kelemahan dalam berkonsentrasi pada fokus atau topik pembicaraan tertentu. Kelemahan ini secara psikologis dipicu oleh arogansi jabatan, sok pamer pengetahuan, atau tidak ingin terlihat bodoh di depan orang lain. Sikap seperti inilah yang membuat orang lain enggan, malas, bosan, bahkan jijik mendengar ucapan kita.
2. Terlalu percaya diri
Kepercayaan diri yang terlalu tinggi membuat seseorang cenderung terlalu sering memotong, mengomentari, atau mengkritik lawan bicara. Sejumlah wakil rakyat di DPR bisa menjadi contoh nyata sikap ini. Mereka seringkali melakukan interupsi yang berkesan tak nyambung dengan pokok persoalan, bahkan menjadikannya ajang pamer diri. Kalau sudah seperti ini, orang tersebut cenderung hanya bicara tanpa mau mendengar orang lain.
3. Sibuk
Kesibukan kadangkala membuat kehadiran seseorang sebagai gangguan. Akhirnya, saat terlibat dalam pembicaraan, orang yang sibuk ini hanya mengambil kata kunci dari lawan bicara dengan mendengarkan seadanya. Akhirnya informasi menjadi bias dan tak seimbang, karena perhatian tak sepenuhnya tercurah pada lawan bicara.
4. Tak cukup data
Sering kali pula, akibat ketidaklengkapan data, kita merasa tidak yakin dengan apa yang kita katakan. Akibatnya komunikasi yang kita bangun menjadi ingar alias tidak nyambung. Hal ini diakibatkan lawan bicara kita sama sekali tidak berpeluang untuk bertanya, apalagi membuat catatan dan mengevaluasinya. Kalau sudah seperti ini, jangan harap kata-kata yang Anda umbar memiliki nilai informatif bagi lawan bicara.
5. Pengaruh suasana hati
Lawan bicara bisa saja enggan mendengarkan ucapan Anda karena ia sedang stres, atau suasana hati tak senang. Ketidaksukaan lawan bicara bisa dilihat dari bahasa tubuhnya seperti memainkan jari berulang, mimik wajah yang kusut, atau pandangan mata yang mengarah ke sana ke mari. (Buku Membangun Kultur Perusahaan Melalui Kesadaran Komunikasi Adab, Wahyu Wibowo - Gramedia Pustaka Utama)
Sumber: www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar